Sumber : 1. The Wahid Institute. "Laporan Tahunan Kebebasan Beragam/Berkeyakinan
dan Intoleransi 2013". Diakses 21 Juni 2014, <http://www.wahidinstitute.org/wiid/images/upload/dokumen/laporan_kbb_2013_wi.pdf>
2. Dja'far, Alamsyah M. "Pejabat Intoleran". Diakses 21 Juni
2014,<
http://www.wahidinstitute.org/wi-id/indeks-opini/212
3. The Wahid Institute. "PBB Beri Rapor Merah Soal Toleransi di Indonesia"
Diakses 21 Juni 2014,<
http://www.wahidinstitute.org/wi-id/berita-dan-
opini/berita/216-pbb-beri-rapor-merah-soal-toleransi-di-indonesia-.html>
1. Apa garis besar yang bisa kamu petik dari ketiga website itu? Ringkas dan buat pernyataan pendapat anda dalam beberapa kalimat.
Dari sumber 1, Laporan Tahunan Kebebasan Beragama/Berkeyakinan dan Intoleransi 2013 oleh The Wahid Institute.
Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung HAM, namun di Indonesia sendiri sedang terjadi isu-isu seperti isu intoleransi, minoritas dan penyebaran kebencian. Kelompok minoritas memang sudah mulai berani mensuarakan hak mereka. Namun, tetap kurang di dengar. Kelompok minoritas tersebut salah satunya mensuarakan kebebasan beragama dan berkeyakinan. Pengertian agama itu sendiri terdapat banyak. Tetapi, ada satu kriteria yang pasti, yaitu kepercayaan dan keyakinan pada kekuatan besar di luar diri seseorang. Sedangkan, keyakinan itu seperti keyakinan akan paham humanisme, dan ateisme. Sehingga, kelompok-kelompok minoritas tersebut mensuarakan untuk kebebasan beragama dan berkeyakinan. Hak kebebasan dan berkeyakinan memang sudah tercantum dalam UU maupun KUHP. Namun, dari pemerintah sendiri, perlindungan akan hak-hak kebebasan tersebut belum terlaksana secara efektif. Pemerintah seharusnya menghormati dan melindungi hak kolektif minoritas sebagai bagian dari keberagaman Bhineka Tunggal Ika. Sedangkan, menurut saya pribadi, bukan hanya pemerintah yang harus menghormati mereka, tapi kita sebagai bagian dari masyarakat seharusnya juga ikut mentoleransi dan menghormati hak-hak kelompok minoritas untuk memeluk agama dan kepercayaan mereka sendiri. Tidak mencela, merusak ataupun menindas kelompok minoritas, agar tercipta masyarakat yang damai dalam keberagaman Bhineka Tunggal Ika.
Dari sumber 2, Pejabat Intoleran oleh Alamsyah M. Dja'far.
Sejumlah pejabat Indonesia melakukan tindakan intoleran dan diskriminatif terhadap kelompok minoritas. Seperti yang dilakukan oleh salah satu Menteri Indonesia yang meminta Ahmadiyah untuk membuat sebuah agama baru. Menurutnya, agama baru adalah solusi agar kekerasan selesai. Menteri lainnya setuju, memindahkan seorang lurah yang memiliki agama yang berbeda dengan agama yang dianut oleh warganya. Perilaku petinggi tanah air tersebut justru membuat intoleransi di masyarakat. Seharusnya, para pejabat tersebut mempraktikkan nilai toleransi kepada masyarakatnya. Namun, akar intoleransi itu sendiri bersumber pada sikap dalam pikiran yang tidak peduli akan nilai-nilai kemanusiaan, sehingga untuk mengubahnya, bisa dengan berdialog atau bertukar pikiran. Langkah terakhir yang bisa diambil, yaitu melalui jalur hukum. Menurut pendapat saya, para pejabat dan petinggi negeri ini seharusnya memberikan contoh yang baik, memperlihatkan nilai-nilai toleransi kepada masyarakatnya, agar tercipta masyarakat yang damai melalui toleransi. Bukan justru memperlihatkan nilai-nilai toleransi atau memicu konflik.
Dari sumber 3, PBB Beri Rapor Merah Soal Toleransi di Indonesia oleh The Wahid Institute.
Indonesia telah 4 kali mengalami rapor merah dari PBB. Salah satunya, yaitu saat Maina Kiai, menyampaikan keprihatinannya terhadap hak berkumpul kelompok masyarakat minoritas di hadapan peserta Sidang Dewan HAM PBB sesi ke-26. Contoh kasusnya, yaitu adanya penyegelan GKT Taman Yasmin dari pemerintah lokal untuk membangun Gereja di Bogor. Padahal, sudah ada putusan dari Mahkamah Agung untuk memberikan hak kepada GKT Taman Yasmin untuk membangun gereja. Sehingga, Indonesia dianggap masih gagal dalam menyelenggarakan hak-hak warga negaranya, khususnya kelompok masyarakat minoritas. Menurut pendapat saya, sebagai negara demokratis, seharusnya Indonesia bisa memperlihatkan nilai toleransi tinggi, terutama terhadap kelompok minoritas. Selain itu, seharusnya pemerintah lokal bisa menegakkan hasil keputusan hukum yang telah disepakati. Namun, apa yang telah dilakukan pemerintah lokal justru memperlihatkan bahwa penegakkan hukum di Indonesia masih sangat lemah.
2. Dari ketiga bacaan tersebut, apakah anda bisa menemui alasan-alasan yang menyebabkan banyak masyakarat Indonesia berkonflik?
Ya, dari ketiga bacaan tersebut, saya bisa menemukan alasan-alasan yang menyebabkan banyak masyarakat Indonesia berkonflik, yaitu :
Para pemimpin Indonesia yang seharusnya menjadi contoh yang baik dengan menerapkan nilai-nilai toleransi, tapi justru menjadi contoh yang buruk bagi masyarakatnya. Para pemimpin Indonesia justru memperlihatkan nilai-nilai intoleransi sehingga masyarakat Indonesia menjadi terdikte untuk ikut melakukan nilai-nilai intoleransi. Sehingga, memicu konflik intoleransi.
Masih lemahnya penegakkan hukum dan UUD di Indonesia. Sehingga, masih terdapat banyak konflik yang tidak terselesaikan dengan adil.
Lemahnya tingkat spiritual masyarakat Indonesia. Masyarakat kini hanya berorientasi kepada pendidikan tanpa ada pembangunan mental dan spiritual untuk menyeimbangkan. Sehingga, nila-nilai toleransi dan taat hukum menjadi tidak tertanam di dalam diri masyarakat Indonesia
3. . Menurutmu sebagai bagian dari orang Indonesia, tolong berikan tips-tips ke saya apa yang harus dilakukan untuk membekali masyakarat Indonesia agar memiliki kemampuan beradaptasi dalam mengelola perbedaan agama? Apakah harus kuliah character building? Apakah harus dialog? Apakah harus ada oikumene semua agama?
Menurut saya, tips-tips yang bisa diterapkan untuk beradaptasi mengelola perbedaan agama, yaitu:
Adanya pendidikan character building dalam sistem pendidikan Indonesia sedari TK. Pendidikan character building disini juga jangan hanya berbasis teori semata. namun, juga harus diseimbangkan dengan melakukan banyak praktek. Misalnya, anak sedari kecil sudah diajari untuk menghargai perbedaan agama dengan terjun ke dunia sosial. Mereka bisa diajak berpergian mengunjungi panti-panti sosial yang memiliki keberagaman agama. Disitu mereka bisa diajarkan untuk peduli terhadap semua orang, tanpa mempedulikan apa agama dan keyakinan mereka. Sehingga, anak dibekali kemampuan beradaptasi dalam mengelola perbedaan agama sedari kecil.
Anak diajarkan untuk hidup secara balance, antara pendidikan, sosial, agama, spiritual, keluarga dan karir. Agar anak nantinya tidak tumbuh menjadi seseorang yang hanya peduli terhadap satu fokus saja. Misalnya, orang tua yang memaksa anaknya untuk memiliki nilai-nilai akademis yang bagus, membuat anak menjadi seseorang yang tertekan dan cenderung akan memiliki sifat egois dan tidak peduli terhadap sesama. Lalu, yang anak tersebut pedulikan menjadi hanya nilai-nilai akademisnya saja. Sehingga, anak tersebut bisa tumbuh menjadi seseorang yang tidak toleransi. Maka dari itu, anak diajarkan hidup balance dimana pun dia berada, agar dia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri.
- Sering-sering diadakan seminar atau dialog dari kalangan tingkat SMA, Perguruan Tinggi hingga pemerintah dengan kelompok minoritas. Supaya terjadi pertukaran pikiran, saling mengenal, dan timbul rasa untuk saling menghargai perbedaan.
Comments
Post a Comment