*Diberikan saat demo teaching Character Building Development Center
(Kampus Binus).
Seorang tokoh Filsafat bernama Socrates menginspirasikan hidup saya
dengan pemikirannya "Hidup yang tidak pernah diperiksa, tidak pantas
dihidupi". Konsep pemikiran ini sebenarnya disesuaikan berdasarkan
konteksnya saat itu, tetapi jika ditarik pada jaman sekarang,
pemikiran Socrates ini sepertinya menegur diri kita bahwa setiap
pribadi manusia perlu mengenal kelebihan-kekurangan yang dimiliki
pribadi, mengenal bakat-bakat yang dimiliki, khususnya, menyadari
bahwa setiap pribadi memiliki keunikan tersendiri. Kita tak akan bisa
menyamakan diri satu sama lain. Semakin memeriksa diri, semakin
pribadi manusia mampu melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
diri dan diharapkan pada titik itu, setiap pribadi mampu membangun
kepercayaan diri.
Ungkapan Socrates ini memiliki pesan yang mendukung hadirnya Character
Building, bahwa setiap pribadi diajak untuk memperbaharui diri,
memeriksa diri, menimba diri dengan harapan menghasilkan pribadi yang
berakhlak, beritikad baik, punya idealisme, memiliki kepedulian sosial
dan mampu membangun kepercayaan diri dan kalau bisa memiliki jiwa
militan.
Beberapa orang bilang bahwa Character Building tidak berguna, tidak
bermanfaat dan omong kosong. Character Building tidak memberikan
kontribusi apapun. Tanggapan saya ialah jika Character Building memang
tidak memberikan kontribusi pada jaman sekarang, lalu mengapa
Character Building masih ada sampai hingga saat ini? Pengajaran
Character Building terkadang tidak membekas bagi para pendengar bisa
bermacam-macam: karena fasilitator tidak punya dasar pengalaman kuat
untuk mengajar karakter, tidak punya contoh yang kuat untuk memberikan
kesaksian, terhenti pada konsep-konsep ilmu. Para fasilitator bisa
men"cipta"kan modul Character Building, tetapi sayangnya "rasa dan
karsa" tidak terbentuk pada diri peserta.
Titik point program Character Building berujung pada pembangunan
kepercayaan diri akan kekuatan diri sebagai keunikan personal. Singkat
kata, setiap pribadi terus memperkembangkan dan menerapkan kekuatan
diri. Saya menggambarkan dengan permainan sulap pohon Koran. Guru
sulap saya pernah mengajarkan permainan sulap pohon Koran ini. Pesan
sulap Koran ini menegaskan bahwa berinteraksi sosial, bersentuhan
dengan masyarakat sosial dan menerima pendapat orang lain, akan
mengubah dan merobek sudut pandang eksklusif diri kita, membantu kita
mengenal siapa kita dan kekuatan kita dari sudut pandang orang lain.
Merubah sudut pandang yang melihat diri kita selalu benar.
Dari koran yang utuh menjadi koran pohon menjadi bercabang-cabang,
menjelaskan bahwa setiap pribadi sekarang bisa berkaca bahwa ada
macam-macam kelebihan, macam-macam kekurangan yang dapat dijelaskan.
Pengalaman bersama keluarga memberikan diriku pengertian, pengalaman
konflik bersama teman memberikan aku pengertian emosi dan reaksi, dan
pengalaman aku berada di sekolah memberikan diriku pengertian.
Saya memiliki 5 teman yang saya kenal dekat. Mereka memiliki karakter
yang baik dimana mereka mengenal kekuatan diri secara baik, sebagai
berikut:
1. Ibu Martina; kepedulian sosial yang tinggi, ketika bekerja sangat
militan, tidak mudah menyerah, selalu punya semangat sukacita.
2. Andri: kepedulian sosial tinggi, kritis, suka berdiskusi, suka
bertukar pikiran, pribadi yang pantang menyerah, selalu bergembira,
ekstrovert, suka berbagi.
3. Richi: suka berdiskusi, tidak pantang menyerah, selalu membuka
wawasan secara luas, ekstrovert, suka berbagi.
4. Ratih: militan, tidak pantang menyerah, suka bertukar pikiran,
wawasan luas, selalu mau belajar, selalu mengejar sesuatu yang lebih
tinggi.
5. Pipit: kepedulian sosial tinggi, ramah, suka bertukar pikiran,
berkarisma, berkarya di masyarakat dan rendah hati. Senang untuk
menolong.
Kelima sahabat ini buat saya pribadi mampu menampakkan bahwa perubahan
Character Building tidak mengenal usia, mereka selalu memperbaharui
diri karena situasi saat itu. Mereka belajar menilai diri. Mereka
belajar menerima nilai-nilai yang baik. Artinya, Character Building
dalam setiap personal tetap ada dan mereka membentuknya ke arah yang
lebih baik. Character Building akan sangat efektif jika dibantu oleh
fasilitator yang tepat. Dengan demikian, apakah benar Character
Building tidak diperlukan?
Bagaimana dengan kekuatan diri kita sendiri? Apa saja keunikan kita.
Karena, keunikan diri memperlihatkan eksistensi kita dimata orang lain
sebagai persona yang mandiri.
Salam cinta seluas angkasa,
www.lembutambun.blogspot.com
(Kampus Binus).
Seorang tokoh Filsafat bernama Socrates menginspirasikan hidup saya
dengan pemikirannya "Hidup yang tidak pernah diperiksa, tidak pantas
dihidupi". Konsep pemikiran ini sebenarnya disesuaikan berdasarkan
konteksnya saat itu, tetapi jika ditarik pada jaman sekarang,
pemikiran Socrates ini sepertinya menegur diri kita bahwa setiap
pribadi manusia perlu mengenal kelebihan-kekurangan yang dimiliki
pribadi, mengenal bakat-bakat yang dimiliki, khususnya, menyadari
bahwa setiap pribadi memiliki keunikan tersendiri. Kita tak akan bisa
menyamakan diri satu sama lain. Semakin memeriksa diri, semakin
pribadi manusia mampu melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan
diri dan diharapkan pada titik itu, setiap pribadi mampu membangun
kepercayaan diri.
Ungkapan Socrates ini memiliki pesan yang mendukung hadirnya Character
Building, bahwa setiap pribadi diajak untuk memperbaharui diri,
memeriksa diri, menimba diri dengan harapan menghasilkan pribadi yang
berakhlak, beritikad baik, punya idealisme, memiliki kepedulian sosial
dan mampu membangun kepercayaan diri dan kalau bisa memiliki jiwa
militan.
Beberapa orang bilang bahwa Character Building tidak berguna, tidak
bermanfaat dan omong kosong. Character Building tidak memberikan
kontribusi apapun. Tanggapan saya ialah jika Character Building memang
tidak memberikan kontribusi pada jaman sekarang, lalu mengapa
Character Building masih ada sampai hingga saat ini? Pengajaran
Character Building terkadang tidak membekas bagi para pendengar bisa
bermacam-macam: karena fasilitator tidak punya dasar pengalaman kuat
untuk mengajar karakter, tidak punya contoh yang kuat untuk memberikan
kesaksian, terhenti pada konsep-konsep ilmu. Para fasilitator bisa
men"cipta"kan modul Character Building, tetapi sayangnya "rasa dan
karsa" tidak terbentuk pada diri peserta.
Titik point program Character Building berujung pada pembangunan
kepercayaan diri akan kekuatan diri sebagai keunikan personal. Singkat
kata, setiap pribadi terus memperkembangkan dan menerapkan kekuatan
diri. Saya menggambarkan dengan permainan sulap pohon Koran. Guru
sulap saya pernah mengajarkan permainan sulap pohon Koran ini. Pesan
sulap Koran ini menegaskan bahwa berinteraksi sosial, bersentuhan
dengan masyarakat sosial dan menerima pendapat orang lain, akan
mengubah dan merobek sudut pandang eksklusif diri kita, membantu kita
mengenal siapa kita dan kekuatan kita dari sudut pandang orang lain.
Merubah sudut pandang yang melihat diri kita selalu benar.
Dari koran yang utuh menjadi koran pohon menjadi bercabang-cabang,
menjelaskan bahwa setiap pribadi sekarang bisa berkaca bahwa ada
macam-macam kelebihan, macam-macam kekurangan yang dapat dijelaskan.
Pengalaman bersama keluarga memberikan diriku pengertian, pengalaman
konflik bersama teman memberikan aku pengertian emosi dan reaksi, dan
pengalaman aku berada di sekolah memberikan diriku pengertian.
Saya memiliki 5 teman yang saya kenal dekat. Mereka memiliki karakter
yang baik dimana mereka mengenal kekuatan diri secara baik, sebagai
berikut:
1. Ibu Martina; kepedulian sosial yang tinggi, ketika bekerja sangat
militan, tidak mudah menyerah, selalu punya semangat sukacita.
2. Andri: kepedulian sosial tinggi, kritis, suka berdiskusi, suka
bertukar pikiran, pribadi yang pantang menyerah, selalu bergembira,
ekstrovert, suka berbagi.
3. Richi: suka berdiskusi, tidak pantang menyerah, selalu membuka
wawasan secara luas, ekstrovert, suka berbagi.
4. Ratih: militan, tidak pantang menyerah, suka bertukar pikiran,
wawasan luas, selalu mau belajar, selalu mengejar sesuatu yang lebih
tinggi.
5. Pipit: kepedulian sosial tinggi, ramah, suka bertukar pikiran,
berkarisma, berkarya di masyarakat dan rendah hati. Senang untuk
menolong.
Kelima sahabat ini buat saya pribadi mampu menampakkan bahwa perubahan
Character Building tidak mengenal usia, mereka selalu memperbaharui
diri karena situasi saat itu. Mereka belajar menilai diri. Mereka
belajar menerima nilai-nilai yang baik. Artinya, Character Building
dalam setiap personal tetap ada dan mereka membentuknya ke arah yang
lebih baik. Character Building akan sangat efektif jika dibantu oleh
fasilitator yang tepat. Dengan demikian, apakah benar Character
Building tidak diperlukan?
Bagaimana dengan kekuatan diri kita sendiri? Apa saja keunikan kita.
Karena, keunikan diri memperlihatkan eksistensi kita dimata orang lain
sebagai persona yang mandiri.
Salam cinta seluas angkasa,
www.lembutambun.blogspot.com
Comments
Post a Comment