http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-berinvestasi-bersama-generasi-c
KIAT MANAJEMEN: Berinvestasi Bersama Generasi "C", M. Ari Margiono, Rabu, 08 Agustus 2012 | 18:25 WIB
Generasi C, menurutnya, adalah mereka yang selalu connected, communicating, content-centric, computerized, community-oriented, dan always-clicking. Mereka cenderung tidak loyal kepada perusahaan, mudah berpindah-pindah kerja, dan senang berkomunitas. Ini adalah generasi yang lahir di sekitar tahun 1990 dan remaja di tahun 2000-an. Secara tipologi, mungkin generasi C adalah sub-generasi Y yang memiliki kedekatan dengan teknologi dan media sosial lebih tinggi dari anggota generasi Y lainnya.
Generasi C diramalkan akan mendominasi lansekap masa depan dunia. Secara jumlah, generasi C adalah anak muda yang ada di negara berkembang seperti Brazil, India, China, Rusia, dan Indonesia. Mereka berada pada market yang tengah berkembang. Hampir pasti bahwa kesuksesan perusahaan di masa depan bergantung pada pemahamannya atas perilaku kelompok konsumen ini.
Customer dari generasi C akan lebih banyak menggunakan Internet dan media sosial untuk berkomunikasi dengan perusahaan. Mereka fasih dan mahir untuk berinteraksi melalui Facebook, menggunakan instant messenger, dan mengandalkan komunikasi melalui dunia maya.
Apa saja yang harus dipersiapkan untuk menghadapi generasi yang samasekali berbeda ini? Sebagai manajer dan pimpinan perusahaan, tidak lagi kita bisa menggunakan pendekatan yang klasik dan ortodoks untuk menangani pelanggan dan karyawan yang berasal dari generasi C. Setidaknya ada tiga langkah yang bisa diambil untuk mengantisipasi hal ini: pertama, transformasi model kepemimpinan menjadi open leadership. Kedua, mengembangkan organisasi menjadi sebuah social organization; ketiga, membudayakan inovasi.
Open Leadership
Kepemimpinan klasik nampaknya tidak akan lagi relevan dan cocok untuk memimpin generasi C. Karena karakteristik mereka yang sangat peduli pada transparansi, cenderung terbuka, dan sangat fasih dengan teknologi, maka gaya kepemimpinan manajer perusahaan harus juga berubah. Li (2010) menyebutkan bahwa dengan revolusi teknologi informasi, maka gaya kepemimpinan pun harus berubah menjadi open leadership.
Kepimimpinan melalui instruksi dan kontrol sudah lagi tidak relevan. Para pemimpin harus menanggalkan gaya yang demikian dan harus mulai terbiasa untuk "ditelanjangi" oleh bawahannya karena proses pengambilan keputusan menjadi bottom-up.
Hujatan, pujian, komentar, ataupun saran untuk atasan kini akan dengan sangat mudah bisa terlihat dari status twitter dan laman Facebook generasi C. Lihat, misalnya situs Glassdoor (www.glassdoor.com ) yang menjadi tempat karyawan untuk me-review perusahaan dan pemimpin perusahaan di tempat mereka bekerja.
Oleh karena itu, Li menyarankan para leaders untuk mulai memahami "aturan" baru dalam kepemimpinan. Pertama, akui bahwa pelanggan dan pegawai, dan stakeholder pada umumnya, kini memiliki kekuasaan yang lebih besar. Mereka lah yang menentukan arah dan jalannya perusahaan anda. Kedua, berbagi (informasi, pikiran, tindakan) kepada para stakeholder dan junjung tinggi akuntabilitas untuk membangun kepercayaan diantara mereka. Ketiga, bersikap rendah hati dan selalu ingin tahu.
Hal terakhir yang harus dihindarkan dalam menghadapi generasi C adalah bersikap seakan-akan anda adalah mercusuar informasi. Mereka akan dengan mudah mendapatkan informasi yang lebih akurat melalui Google atau Wikipedia. Bersikaplah untuk selalu ingin tahu tentang apa yang dilakukan oleh pelanggan dan karyawan. Hal ini akan menimbulkan simpati dan kepercayaan.
Social Organization
Desain organisasi pun secara perlahan-lahan harus diubah menjadi social organization. Artinya, organisasi atau perusahaan tidak bisa lagi menjadi eksklusif dan tertutup, tetapi harus berorientasi komunitas. Hampir semua stakeholder yang akan didominasi oleh generasi C akan berorientasi komunitas.
Akan banyak lahir komunitas konsumen, komunitas pekerja, serta komunitas stakeholder lain yang akan diamplifikasi oleh media sosial sehingga mereka akan tetap dapat berkomunikasi dengan satu dan lainnya. Segalanya akan bernuansa community-centric. Loyalitas dan proses belajar generasi C akan bergeser dari otoritas tradisional (misalnya, perusahaan) kepada komunitas-komunitas informal lain yang secara majemuk memotong (cross-cut) struktur tradisional di dalam perusahaan.
Perusahaan yang bisa mengadaptasi strukturnya menjadi sebuah kumpulan komunitas akan menarik perhatian generasi C. Akan ada banyak konsekuensi yang muncul. Menata perusahaan melalui perspektif stakeholder (Freeman, 1985) menjadi relevan kembali. Selain itu, training dan pelatihan-pelatihan yang selama ini diselenggarakan oleh perusahaan, bisa dirancang ulang untuk mengadopsi kolaborasi komunitas.
Pada kondisi yang demikian, tugas manajer adalah untuk menjadi penghubung sehari-hari antara struktur formal organisasi dengan komunitas-komunitas informal yang berinteraksi dengan perusahaan. Manajer juga harus menjadi seseorang yang mengayomi perubahan organisasi dan melibatkan.
Inovasi
Generasi C adalah generasi yang fast-moving dan inovatif. Mereka biasanya muncul dengan letupan-letupan ide untuk mengubah dan menyederhakan proses yang kompleks. Karena itu, desain perusahaan harus mampu untuk mengakomodasi hal yang demikian. Inovasi harus menjadi budaya dan proses dalam perusahaan.
Untuk mengakomodasi hal ini, perusahaan harus memasukkan prinsip-prinsip yang menjadi enabling environment untuk terwujudnya inovasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah antara lain: pertama, focus on human values. Kedua, be mindful of process. Ketiga, bias toward action. Keempat, collaborate across boundaries. Kelima, embrace experimentation. Keenam, show don't tell. Dan ketujuh, craft clarity. (msb) (mmargiono@binus.edu/Faculty Member, Binus Business School)
Comments
Post a Comment